KATA PENGANTAR
Puji syukur
Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah berkenan memberi
petunjuk dan kekuatan kepada Penyusun sehingga makalah, “Qashashul Qur’an (Kisah-Kisah
Al-Qur’an)” ini dapat diselesaikan.
Kami berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga Makalah ini dapat terselesaikan pada
waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat
memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangkan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.
Way jepara,
april 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan Huda (petunjuk) bagi manusia, artinya ajaran
yang disampaikannya merupakan pesan dan nasihat-nasihat sehingga menjadi suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan dalam membentuk pribadi manusia dari dahulu
sampai dengan sekarang. Kisah-kisah dalam Al-qur’an itu sarat sekali dengan
pesan dan nasihat, baik secara tekstual maupun konteksual. Dalam menyampaikan
pesan dan nasihat-nasihat-nya, tidak selalu disampaikan dengan jelas dan
gamblang, kadang penyampaiannya berupa sebuah kisah yang harus dikaji terlebih
dahulu atau dianalogkan dengan kejadian saat ini.
Fenomena
kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang diyakini kebenarannya sangat erat kaitannya
dengan sejarah.
Menurut
As-Suyuthi, kisah dalam
al-Qur’an sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengingkari sejarah, lantaran
sejarah dianggap salah dan membahayakan Al-Qur’an. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an
merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran kepada ummat manusia
dan bagaimana mereka menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa sejarah. Hal ini
dapat dilihat bagaimana Al-Qur’an secara eksplisit berbicara tentang pentingnya
sejarah, sebagaimana tercantum dalam surat
Ali Imran ayat 140 :
“Dan masa(
kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran).”
Muhammad Iqbal
menyatakan, “Al-Qur’an dalam memperbincangkan kisah ini yang bersifat historis,
hampir selamanya ia bertujuan hendak memberikan suatu pengertian moral atau
filosofis yang sifatnya universal.
BAB II
PEMBAHASAN
QASHASHUL QUR’AN
(KISAH-KISAH AL-QUR’AN)
A. Definisi Qashash (Kisah)
Dari
segi bahasa al-qashash atau al-qish-shotu yang berarti cerita ia
semakna dengan tatabbu’ul atsar, yaitu pengulangan kembali masa lalu.
Dari
segi istilah, kisah berarti berita-berita mengenai suatu permasalahan dalam
masa-masa yang saling berurut-urut. Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan
mengenai ihwal ummat yang telah lalu, nubuwwat (kenabian) yang terdahulu
dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
B. Karakteristik Kisah dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an
tidak menceritakan kejadian dan peristiwa-peristiwa secara berurutan
(kronologis) dan tidak pula memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar.
Al-Qur’an juga mengandung berbagai kisah yang diungkapkan berulang-ulang di
beberapa tempat. Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan disebutkan
dalam Al-Qur’an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Disatu
tempat ada bagian-bagian yang didahulukan, sedang ditempat lain diakhirkan.
Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang secara panjang
lebar. Hal ini menimbulkan perdebatan dikalangan orang-orang yang meyakini dan
orang-orang yang menentang dan meragukan Al-Qur’an. Mereka yang meragukan
seringkali mempertanyakan, mengapa kisah-kisah tersebut tidak tersusun secara
kronologis dan sistematis, sehingga lebih mudah dipahami.
Menurut
Manna’Khalil Al-Qaththan, bahwa penyajian kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang
demikian itu mengandung beberapa hikmah, diantaranya :
Pertama
Menjelaskan
Balaghah Al-Qur’an dalam tingkat paling tinggi. Kisah yang berulang itu
dikemukakan disetiap tempat dengan ushlub yang berbeda satu dengan yang lain
serta dituangkan dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang
merasa bosan, bahkan dapat menambah kedalam jiwanya makna-makna baru yang tidak
di dapatkan di saat membacanya di tempat yang lain.
Kedua
Menunjukan
kehebatan Al-Qur’an, sebab mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk
susunan kalimat dimana salah satu bentukpun tidak di tandingi oleh sastrawan
Arab, merupakan dahsyah dan bukti bahwa Al-Qur’an itu murni datangnya dari
Allah SWT.
Ketiga
Mengundang
perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap
dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara
pengukuhan dan tanda betapa besarnya perhatian Al-Qur’an terhadap masalah
tersebut. Misalnya kisah Nabi Musa dengan Fir’aun. Kisah ini mengisahkan
pergulatan sengit antara kebenaran dan kebathilan.
Keempat
Penyajian
seperti itu menunjukan perbedaan tujuan yang karenanya kisah itu di ungkapkan.
Sebagian dari makna-maknanya diterangkan di suatu tempat, karena hanya itulah
yang diperlukan, sedangkan makna-makna lainnya dikemukakan di tempat lain,
sesuai dengan keadaan.
C. Studi Perbandingan Antara Al-Quran Dengan Taurat Dan Injil Dalam
Pemaparan Kisah
Jika dibandingkan dengan
kitab-kitab yang terdahulu seperti Taurat, Zabur, Injil maka Al-Qur'anlah yang paling
bisa dikatakan lebih Suci sebagaimana Allah Swt. telah menjanjikan suatu
penjagaan bagi kitab terakhir yang pernah diturunkan kepada umat manusia ini.
[Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan
al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.] (QS. Al-Hijr : 9)
Dan otentik karena beberapa hal :
- Ditulis saat Rasulullah masih
hidup, dengan larangan penulisan masalah lainnya yaitu hadits, sehingga
kemungkinan adanya pencampuran adalah kecil. Sementara yang lain seperti
Perjanjian Lama yang merupakan himpunan kitab/fasal, ditulis selama lebih dari
dua abad setelah musnahnya teks asli pada zm. Nebukadnezar, yang ditulis
kembali berdasarkan ingatan semata oleh seorang pendeta Yahudi yang bernama
Ezra dan dilanjutkan oleh pendeta pendeta Yahudi atas perintah raja Persia , Cyrus
pada tahun 538 sebelum Masehi.
- Materi Al-Qur'an tidak
bertentangan dengan akal, dan relevan sepanjang masa. Sementara Bibel
mengandung banyak hal-hal yang tidak masuk akal dan mengandung pornografi.
Seperti berikut ini :
Ayat porno
Yehezkiel 23 :1-21, berisi
ayat-ayat jorok tentang seksual. Diceritakan didalamnya penyimpangan seksual
yang sangat berbahaya bagi perkembangan psikologis bila dibaca oleh anakanak
dibawah umur. Ada
kalimat-kalimat yang sangat cabul dengan menyebut (maaf) buah dada, buah zakar,
menjamah jamah, birahi, dan lain-lain, contohnya :
(ayat.3) "Mereka bersundal
pada masa mudanya; di sann susunya dijamah jamah dan dada keperawanannya
dipegang-pegang".
Ayat-ayat yang mustahil
dipraktekkan
Hari Sabat (sabtu) adalah hari
Tuhan yang harus dikuduskan. Pada hari itu setiap orang dilarang bekerja,
dilarang memasang api di rumah (lampu, kompor, dll) karena Sabat adalah hari
perhentian penuh. Orang yang bekerja pada hari Sabtu harus dihukum mati
(keluaran 20 :8-11, 31 :15, 35 : 2-3).
Ayat-ayat diskriminatif
Perbuatan riba (rente) dilarang
dilakukan kepada Israel,
tapi boleh dilakukan kepada non Israel
(Ulangan 23 : 19-20).
Dan masih banyak lagi kisah-kisah lain yang tidak bisa
penulis sebutkan semuanya.
D. Kisah
Al quran Dalam Kajian Modern
Kisah-kisah
dalam Al-Qur’an merupakan karya seni yang tunduk kepada daya cipta dan
kreatifitas yang dipatuhi oleh seni, tanpa harus memeganginya sebagai kebenaran
sejarah. Ia sejalan dengan kisah seorang sastrawan yang mengisahkan suatu
peristiwa secara artistik. Bahwa Al-Qur’an telah menciptakan beberapa kisah dan
ulama-ulama terdahulu telah berbuat salah dengan menganggap kisah Qur’ani ini
sebagai sejarah yang dapat dipegangi.
Kisah-kisah
yang ada dalam Al-Qur’an tentu saja tidak dapat dianggap semata-mata sebagai
dongeng, apalagi Al-Qur’an adalah kitab suci yang berbeda dengan bacaan
lainnya. Memang sering timbul perdebatan, apakah kisah-kisah tersebut
benar-benar memiliki landasan historis atau sebaliknya ?, sebagai kisah yang
historis sejauh manakah posisi Al-Qur’an dalam memandang sejarah sebagai suatu
realitas ?
Sebagai
kitab suci, Al-Qur’an bukanlah kitab sejarah sehingga tidak adil jika Al-Qur’an
dianggap mandul hanya karena kisah-kisah yang ada didalamnya tidak dipaparkan
secara gamblang. Akan tetapi berbeda dengan cerita fiksi, kisah-kisah tersebut tidak didasarkan pada khayalan
yang jauh dari realitas.
Melalui
studi yang mendalam, diantaranya kisahnya dapat ditelusuri akar sejarahnya,
misalnya situs-situs sejarah bangsa Iran yang di identifikasikan
sebagai bangsa ‘Ad dalam
kisah Al-Qur’an, Al-Mu’tafikat
yang di identifikasikan sebagai kota-kota palin, Sodom dan Gomorah yang merupakan
kota-kota wilayah Nabi Luth.
Kemudian
berdasarkan penemuan-penemuan modern, mummi Ramses II di sinyalir sebagai
Fir’aun yang dikisahkan dalam Al-Qur’an. Disamping itu memang terdapat
kisah-kisah yang tampaknya sulit untuk di deteksi sisi historisnya, misalnya
peristiwa Isra’ Mi’raj dan kisah Ratu Saba. Karena itu sering di
sinyalir bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur’an itu ada yang historis ada juga yang
a-historis.
Meskipun
demikian, pengetahuan sejarah adalah sangat kabur dan penemuan-penemuan
arkeologi sangat sedikit untuk dijadikan bahan penyelidikan menurut kacamata
pengetahuan modern, misalnya mengenai raja-raja Israil yang dinyatakan dalam
Al-Qur’an.
Karena
itu sejarah serta pengetahuan lainnya tidak lebih merupakan sarana untuk
mempermudah usaha untuk memahami Al-Qur’an.
BAB III
KESIMPULAN
- Kisah-kisah dalam Al-Qur’an itu memiliki realitas yang
diyakini kebenarannya, termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Ia bagian dari
ayat-ayat yang di turunkan dari sisi yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
- Kisah-kisah
dalam Al-Qur’an dimaksudkan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuannya yang asli
yaitu tujuan keagamaan yang menyiratkan adanya kebenaran, pelajaran dan
peringatan.
- Al-Qur’an
tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan tidak
memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang
berlakunya hukum Allah dalam kehidupan sosial serta pengaruhnya baik dan buruk
dalam kehidupan manusia.
- Sebagian
kisah dalam Al-Qur’an merupakan petikan sejarah yang bukan berarti menyalahi
sejarah, karena pengetahuan sejarah adalah sangat kabur dan penemuan-penemuan
arkeologi sangat sedikit untuk mengungkap kisah-kisah dalam Al-Qur’an, dalam
kerangka pengetahuan modern.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna Khalid, Studi
Ilmu-ilmu Qur’an, Litera AntarNusa, Bogor,
2007
http://www.indiaonech.co.cc/1_6_Kisah-Dalam-Al-Qur-an.html,
diakses pada tanggal 02 april 2011 jam 02:00
Irene Handono,
http://menjawab-misionaris.blogspot.com/2009/01/islam-dihujat-sejarah-dan-keaslian-al.html.
diakses pada tanggal 02 april
2011 jam 01:50
Masyhud, SM, Dialog
Santri-Pendeta, Pustaka Da’I, Surabaya,
2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar